Jual Buku Sunnah

November 12, 2017

Kisah Mualaf Indonesia Bahwa Kehidupan Muslim Itu Rasional

Hidup itu Ujian, Hidup itu Pilihan
Kita takkan bisa memilih atas rahim mana dilahirkan. Namun, hidup dan mati sebagai Muslim adalah sebuah pilihan. Mungkin begitulah jalan pemikiran yang ingin mereka ungkapan kepada muslim dan orang-orang yang beragama non muslim. Kisah mualaf Indonesia yang bersyahadat setelah melihat kehidupan muslim yang Rasional.

Kisah Mualaf Indonesia perjuangan dan ujiannya


Kisah Mualaf Indonesia terkini
dengan advokasi mualaf indonesia oleh MCI Indonesia, Muslim Center Indonesia. Malam ini (18/2) dua narasumber mengisahkan perjalanan mereka menuju Agama Islam.

Kisah Para Mualaf Indoneisa Merengkuh Hidayah


  • Kisah Mualaf Indonesia dari Depok
Agama awal Katolik. Didefinisikan dalam Katolik bahwa Yesus adalah Tuhan. Namun, ia menemui dalam Markus 12:29 tertulis bahwa Tuhan Allah kita, Tuhan Esa. Ia kemudian menyimpulkan bahwa Tuhan itu satu, lantas apa kabar dengan konsep trinitas? Pula, ia menjumpai dalam Mathius Pasal 15 Ayat 24. Yesus diutus hanya untuk kaum Israel. Jadi, siapa yg diutus untuk umat Kristen di Indonesia, bukan Yesus?

Selanjutnya, pencarian ini telah berawal sejak SD, ia ingin sekali sholat. Lalu, ia pun sholat walau sering teman-temannya menasehati bahwa sholatnya tidak sah karena ia belum bersyahadat. Tapi, ia merasakan ada ketenangan dalam sholat daripada pergi ke gereja. Usia SMP, ia ingin berpuasa tapi tak tahu cara yg benar. Yang ia tahu, dalam agamanya, puasa dilakukan 40 hari penuh. Justru, ia mengaku logis cara berpuasa Muslim, sahur sebelum subuh dan berbuka saat maghrib, manusiawi. Ia pun berpuasa sesuai tata cara Muslim walau belum berikrar syahadat. Selama 10 tahun pencarian, alhamdulillah ia bersyahadat saat kuliah di Universitas Kristen Indonesia. Menjelaskan identitas barunya, jelas, makian, tamparan, kutukan, pengusiran dilayangkan oleh keluarga.

Walau demikian, ia mengaku perlakuan itu tak seberapa dibanding dengan kisah mualaf indonesia dan kawan-kawan mualaf lainnya. Beberapa dipasung, dipaksa dikubur jenazahnya dengan tata cara agama awal mereka.

Bersyahadat 5 tahun yg lalu, saat ini narasumber sedang terus belajar di Ponpes Al Hijaz dibawah bimbingan ustad Zaitun Rasmin.

  • Kisah Mualaf Indonesia dari Yogyakarta 
Agama awal Kristen Protestan. Ia berikrar syahadat pada 2006. Usianya 15 tahun saat itu, kelas 3 SMP. Ia tumbuh di keluarga keturunan (baca: Chinese). Ia sosok yg kritis sejak kecil. Sering hadir ke Sekolah Minggu. Cita-citanya dirasa mulia, ingin menjadi pendeta. Namun semakin ia pelajari, semakin tak logis ajarannya. Ia pun sudah diajari bagaimana memurtadkan Muslim saat usia 8 tahun. Ia fasih menguasai triknya pun telah sekali mempraktikkan itu. Sekarang ia sesalinya. Ia pun diajari bahwa Yesus itu Tuhan. Saat usia 10 tahun ia telah mulai mempelajari Bibel. Ia membaca, dalam Kejadian 1 disebutkan bahwa Allah menciptakan alam. Kok Allah nama yg digunakan, bukan Yesus? Lalu pun ia teliti lagi bahwa Yesus disepakati oleh sekitar 293 fraksi dari 300 fraksi yg ada sebagai Tuhan dalam Konsili Nicea pada tahun 325 M, padahal Yesus wafat diantara tahun 29-33 M. Jadi, sebelum itu Yesus belum menjadi Tuhan

Kisah para mualaf merengkuh hidayah penuh motivasi harus di tempuh dengan jalan tekat kuat. Setelah mengetahui fakta itu, narasumber mengaku tak percaya lagi dg agamanya pun dg agama-agama lain, agnostik, ia mendefinisikan dirinya. Sayangnya, saat itu ia melihat agama pada person nya bukan pada ajarannya. Selanjutnya, ia sering berdoa dg caranya sendiri. Berdoa kepada Tuhan untuk menunjukkan jalan yg lurus. Alhamdulillah, melalui beberapa tanda yg Allah berikan padanya, ia bersyahadat pada 2006.

Ia pun pulang sekolah mengabarkan kepada ayahnya. "Pap, aku Muslim sekarang. Papi kapan ikut aku?" Sontak saja, tamparan melayang padanya. "Entah apa yg ada dipikiran sy saat itu sehingga berani berkata demikian pada papi," ungkapnya.

Hari itu berakhir pengusiran, 6 bulan ia hidup di jalanan. Untuk mencukupi hidupnya, ia narik becak, kerja di bangunan. Sehingga kakeknya mengetahui keberadaannya dan diminta pulang. Tak berhenti disitu, adik kakaknya diantar sekolah dg mobil, ia dibiarkan berjalan kaki kadang bersepeda, sungguh ini kisah mualaf mengharukan demi mendapatakan hidayah. Juga, ketika di rumah sedang sholat dalam posisi rukuk tetiba ditendang dan akhirnya tersungkur. Tak jarang pula, ia harus berdebat dg adiknya yg missionaris.

Alhamdulillah, pada 2010, kenikmatan luar biasa bagi saudara kita yaitu ketika sang mama bersyahadat 2 minggu sebelum beliau meninggal dan 4 hari kemudian sang adik bungsunya juga bersyahadat. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.

Beberapa kisah mualaf indonesia telah memotivasi kita dan Sejumlah 2954 mulaf telah bersyahadat di MCI. Di MCI Yogyakarta, data 2016, menunjukkan ada 325 mualaf, beberapa diantaranya warga negara asing. MCI digagas oleh koh Steven, ia adalah seorang mualaf. Relawan MCI pun beberapanya dari mualaf, dengan adanya MCI kita dapat mendapatkan sebuah hikmah dari kisah para mualaf indonesia. MCI telah hadir di kota-kota di Indonesia. Ia bergerak mengadvokasi para mualaf Indonesia terutama tentang akidah dan ekonomi. Semoga Allah meridhoi dan memudahkan setiap langkah kebaikan antum. Allahu musta'an...
Adbox